Aceh salah satu Provinsi di ujung utara, Pulau Sumatera, daerah ini di kenal dengan banyak sumber daya
alam. Disamping itu, daerah ini juga banyak muncul tokoh- tokoh heroik dan yang mempunyai nasionalisme yang tinggi,
seperti, Sultan Iskandar muda, Teungku Chik di Tiro, Teuku Umar, Teuku Nyak Arif,
Panglima Polem, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Teungku Daud Beureueh dan
banyak sekali tokoh- tokoh pemikir lainnya.
Sebelum reformasi wilayah Aceh bernama ‘Aceh Darussalam’, ‘Daerah
Istimewa Aceh’. Pasca reformasi terjadi transformasi menjadi ‘Nanggroe Aceh
Darussalam’ dan yang terakhir ‘Aceh’.
Transformasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Aceh sedang mencari format yang
terbaik untuk daerahnya, setidaknya
banyak alasan dibalik transformasi wilayah ini.
Aceh harus lebih maju dalam banyak hal, termasuk dalam bidang
ekonomi, politik, budaya, agama, hukum, sejarah, dan lain sebagainya. Transformasi daerah Aceh merupakan bagian
dari dinamika. Meskipun dinamika itu tidak selalu berjalan progresif, terkadang
mengalami situasi fluktuatif maupun linear. Aceh memiliki sumber daya dalam katagori banyak, tentunya kondisi ini patut disyukuri karena Aceh memiliki banyak
kelebihan. Dengan kelebihan yang dimiliki, Aceh harus progresif menyongsong masa
depan yang lebih baik dan bermartabat bagi rakyat Aceh secara keseluruhan. Aceh baru merupakan hasil transformasi harus
benar - benar dapat memakmurkan rakyat, dan
memberikan keadilan serta memberbedayakan semua potensi yang ada. Aceh tidak boleh lagi terpuruk dalam bingkai
konflik, yang disadari tidak menguntungkan semua pihak. Saat ini yang harus dipikirkan bagaimana
sumber daya alam dan sumber daya manusia diarahkan pada pembangunan Aceh
kedepan.
Aceh baru tidak terlepas dari
dinamika yang terus berjalan seiring dengan kebutuhan sekaligus meneguhkan
format yang lebih berkualitas. Aceh disamping kaya dengan Sumber daya alam,
juga kaya dengan tokoh - tokoh heroik
yang gagah berani melawan Kolonial Belanda. Dalam memajukan Aceh, sebenarnya dapat
dikelola semangat dan sikap heroik serta nasionalisme yang mengalir dalam diri orang
Aceh untuk memikirkan tentang kemajuan daerahnya. Dalam hal ini dapat dilakukan
secara kolektif kolegial dan saling bergandengan tangan membangun dan memajukan
Aceh Baru untuk kepentingan rakyat Aceh. Sense of Belonging yang ada
pada pribadi rakyat Aceh harus dipertahankan dan digunakan untuk membangun Aceh
baru. Kini saat nya Aceh bangkit dan
terus membenahi diri untuk mencapai kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat
Aceh. Pemimpin - pemimpin Aceh harus
mengarahkan visinya dan tenaganya untuk pembangunan Aceh yang berkelanjutan. Aceh tertinggal dalam beberapa hal dengan
daerah lain tentu tidak dipungkiri faktor konflik menjadi salah
satu variable yang memperlambat kemajuaan, disamping terdapat sejumlah variable
lainnya yang ikut serta berkontribusi memperlambat pembangunan Aceh.
Lupakan semua persoalan yang tidak produktif karena dapat menyita pikiran
dan tenaga, mulailah dengan visi baru
dan konsep baru. Mulailah untuk membangun dan tidak terkurung dalam pola pikir
statis. Perbaikilah segala kekurangan
dan carilah kebaikan. Aceh harus maju dan berkembang. Sehingga rakyat dapat menikmati hasil dari
kerja - kerja pemimpin. Pemimpin adalah
orang yang paling bertanggung jawab untuk membawa perubahan Aceh, meskipun tidak menafikan peran-peran elemen
lainnya. Namun setidaknya pemimpim Aceh
merupakan representasi visi rakyat aceh.
Karena pemimpin Aceh dipilih dan dipercaya untuk membangun Aceh.
Great.... may the expectation come to reality
ReplyDeleteYes sir, I'm sure our expectations come true
ReplyDelete