Wednesday 10 May 2017

EKSPEKTASI PADA ACEH BARU



Aceh salah satu Provinsi di ujung utara, Pulau Sumatera,  daerah ini di kenal dengan banyak sumber daya alam.  Disamping itu,  daerah ini juga banyak muncul tokoh- tokoh  heroik dan yang mempunyai nasionalisme yang tinggi, seperti, Sultan Iskandar muda, Teungku Chik di Tiro, Teuku Umar, Teuku Nyak Arif, Panglima Polem, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Teungku Daud Beureueh dan banyak sekali tokoh- tokoh  pemikir lainnya. Sebelum reformasi wilayah Aceh bernama ‘Aceh Darussalam’, ‘Daerah Istimewa Aceh’. Pasca reformasi terjadi transformasi menjadi ‘Nanggroe Aceh Darussalam’  dan yang terakhir ‘Aceh’. Transformasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Aceh sedang mencari format yang terbaik untuk daerahnya,  setidaknya banyak alasan dibalik transformasi wilayah ini.
Aceh harus lebih maju dalam banyak hal, termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, agama, hukum, sejarah, dan lain sebagainya.  Transformasi daerah Aceh merupakan bagian dari dinamika. Meskipun dinamika itu tidak selalu berjalan progresif, terkadang mengalami situasi fluktuatif  maupun linear. Aceh  memiliki sumber daya dalam katagori banyak, tentunya kondisi ini patut disyukuri karena Aceh memiliki banyak kelebihan. Dengan kelebihan yang dimiliki, Aceh harus progresif menyongsong masa depan yang lebih baik dan bermartabat bagi rakyat Aceh secara keseluruhan.  Aceh baru merupakan hasil transformasi harus benar - benar dapat memakmurkan rakyat,  dan memberikan keadilan serta memberbedayakan semua potensi yang ada.  Aceh tidak boleh lagi terpuruk dalam bingkai konflik, yang disadari tidak menguntungkan semua pihak.  Saat ini yang harus dipikirkan bagaimana sumber daya alam dan sumber daya manusia diarahkan pada pembangunan Aceh kedepan.
 Aceh baru tidak terlepas dari dinamika yang terus berjalan seiring dengan kebutuhan sekaligus meneguhkan format yang lebih berkualitas. Aceh disamping kaya dengan Sumber daya alam, juga kaya dengan tokoh - tokoh  heroik yang gagah berani melawan Kolonial Belanda. Dalam memajukan Aceh, sebenarnya dapat dikelola semangat dan sikap heroik serta nasionalisme yang mengalir dalam diri orang Aceh untuk memikirkan tentang kemajuan daerahnya. Dalam hal ini dapat dilakukan secara kolektif kolegial dan saling bergandengan tangan membangun dan memajukan Aceh Baru untuk kepentingan rakyat Aceh. Sense of Belonging yang ada pada pribadi rakyat Aceh harus dipertahankan dan digunakan untuk membangun Aceh baru.  Kini saat nya Aceh bangkit dan terus membenahi diri untuk mencapai kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Aceh.  Pemimpin - pemimpin Aceh harus mengarahkan visinya dan tenaganya untuk pembangunan Aceh yang berkelanjutan.   Aceh tertinggal dalam beberapa hal dengan daerah lain  tentu  tidak dipungkiri faktor konflik menjadi salah satu variable yang memperlambat kemajuaan, disamping terdapat sejumlah variable lainnya yang ikut serta berkontribusi memperlambat pembangunan Aceh. 

Lupakan semua persoalan yang  tidak produktif karena dapat menyita pikiran dan tenaga,   mulailah dengan visi baru dan konsep baru. Mulailah untuk membangun dan tidak terkurung dalam pola pikir statis.  Perbaikilah segala kekurangan dan carilah  kebaikan.  Aceh harus maju dan berkembang.  Sehingga rakyat dapat menikmati hasil dari kerja - kerja pemimpin.  Pemimpin adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk membawa perubahan Aceh,  meskipun tidak menafikan peran-peran elemen lainnya.  Namun setidaknya pemimpim Aceh merupakan representasi visi rakyat aceh.  Karena pemimpin Aceh dipilih dan dipercaya untuk membangun Aceh.

2 comments:

  1. Great.... may the expectation come to reality

    ReplyDelete
  2. Yes sir, I'm sure our expectations come true

    ReplyDelete